Menghadapi
Ujian Nasional Tanpa Stres
Penyelenggaraan Ujian Nasional tahun
2015 mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMU dalam waktu dekat akan segera
diselenggarakan. Ujian Nasional, biasa disingkat dengan UN, sejak pertama
diberlakukan sampai sekarang belum lepas dari kontroversi. Ada pihak yang
mendukung pelaksanaan UN, tetapi tidak sedikit juga yang menghendaki UN
ditiadakan. Tetapi, sampai sejauh ini apapun kontroversi yang mengantarainya,
toh Ujian Nasional tetap dilaksanakan. Jadi mari kita tinggalkan saja polemik
tersebut dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan untuk membantu anak-anak
kita menghadapinya dengan baik.
Ujian Nasional sendiri adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Kementrian Pendididikan dan Kebudayaan Indonesia. Penyelenggaraan Ujian Nasional berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sebagai sebuah mekanisme standarisasi evaluasi hasil belajar, penyelenggaraan UN seperti juga evaluasi hasil belajar yang lain, melahirkan dampak-dampak personal pada masing-masing individu yang menghadapinya, diantaranya adalah kecemasan dan perasaan tertekan. Seringkali kondisi ini dikenal di masyarakat umum sebagai stres. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Stres adalah beban mental yang melebihi kemampuan maksimum mental itu sendiri, sehingga tingkah laku individu yang mengalaminya terkadang menjadi kurang terkontrol secara sehat.
Namun demikian, stres tidak selalu buruk, walaupun seringkali dibahas dalam konteks negatif. Stres juga memiliki nilai positif, berupa mekanisme dalam diri yang berfungsi seperti alarm, untuk meningkatkan kewaspadaan seseorang. Perasaan stres, pada sebagian orang bisa mendorongnya menjadi lebih waspada, lebih penuh perhitungan dan berhati-hati. Pada kondisi inilah stres memiliki nilai positif. Bahkan pada beberapa orang, ada yang hasil pekerjaannya menjadi lebih baik dan lebih cepat diselesaikan, justru pada saat berada pada kondisi tertekan atau stres.
Adapun pada siswa yang sedang menghadapi UN, sumber stres biasanya berkaitan dengan:
1. Kondisi internal, merupakan tekanan-tekanan yang dirasakan individu yang berasal dari dalam dirinya
2. Kondisi eksternal, merupakan tekanan-tekanan yang dirasakan individu yang berasal dari luar diri; dalam konteks ujian nasional biasanya tekanan yang dirasakan anak berasal orang tua, guru, dan teman sebaya mereka.
Ujian Nasional sendiri adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Kementrian Pendididikan dan Kebudayaan Indonesia. Penyelenggaraan Ujian Nasional berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sebagai sebuah mekanisme standarisasi evaluasi hasil belajar, penyelenggaraan UN seperti juga evaluasi hasil belajar yang lain, melahirkan dampak-dampak personal pada masing-masing individu yang menghadapinya, diantaranya adalah kecemasan dan perasaan tertekan. Seringkali kondisi ini dikenal di masyarakat umum sebagai stres. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Stres adalah beban mental yang melebihi kemampuan maksimum mental itu sendiri, sehingga tingkah laku individu yang mengalaminya terkadang menjadi kurang terkontrol secara sehat.
Namun demikian, stres tidak selalu buruk, walaupun seringkali dibahas dalam konteks negatif. Stres juga memiliki nilai positif, berupa mekanisme dalam diri yang berfungsi seperti alarm, untuk meningkatkan kewaspadaan seseorang. Perasaan stres, pada sebagian orang bisa mendorongnya menjadi lebih waspada, lebih penuh perhitungan dan berhati-hati. Pada kondisi inilah stres memiliki nilai positif. Bahkan pada beberapa orang, ada yang hasil pekerjaannya menjadi lebih baik dan lebih cepat diselesaikan, justru pada saat berada pada kondisi tertekan atau stres.
Adapun pada siswa yang sedang menghadapi UN, sumber stres biasanya berkaitan dengan:
1. Kondisi internal, merupakan tekanan-tekanan yang dirasakan individu yang berasal dari dalam dirinya
2. Kondisi eksternal, merupakan tekanan-tekanan yang dirasakan individu yang berasal dari luar diri; dalam konteks ujian nasional biasanya tekanan yang dirasakan anak berasal orang tua, guru, dan teman sebaya mereka.
TEKANAN-TEKANAN YANG DIHADAPI ANAK
DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Tekanan dari Diri Sendiri
Terutama pada anak-anak berprestasi, tekanan menghadapi ujian nasional biasanya berkaitan dengan keinginan yang sangat kuat untuk mempertahankan prestasi di sekolahnya. Mereka takut gagal dan tidak mendapatkan hasil ujian sesuai dengan kemampuan mereka selama ini. Pada anak-anak dengan prestasi biasa-biasa saja, biasanya tekanan berasal dari perasaan tidak siap. Perasaan negatif lainnya biasanya berasal dari ketidak jelasan dan ketidak pastian tentang ujian nasional itu sendiri. Karena tidak sedikit anak-anak yang justru berprestasi baik di sekolahnya malah tidak lulus ujian nasional. Ketakutan yang lain berasal dari akibat kesalahan teknis yang mungkin terjadi pada saat ujian nasional di selenggarakan, misalnya takut salah melingkari, takut berkas ujiannya kotor, takut salah mengisi data pribadi, dan lain-lain. Tekanan yang lain adalah ”ketakutan-ketakutan” yang berkaitan dengan orang tua mereka. Anak merasa takut tidak bisa memenuhi harapan orang tua, takut dibandingkan dengan saudaranya atau takut tidak masuk ke sekolah yang diinginkan orang tua.
Tekanan dari Diri Sendiri
Terutama pada anak-anak berprestasi, tekanan menghadapi ujian nasional biasanya berkaitan dengan keinginan yang sangat kuat untuk mempertahankan prestasi di sekolahnya. Mereka takut gagal dan tidak mendapatkan hasil ujian sesuai dengan kemampuan mereka selama ini. Pada anak-anak dengan prestasi biasa-biasa saja, biasanya tekanan berasal dari perasaan tidak siap. Perasaan negatif lainnya biasanya berasal dari ketidak jelasan dan ketidak pastian tentang ujian nasional itu sendiri. Karena tidak sedikit anak-anak yang justru berprestasi baik di sekolahnya malah tidak lulus ujian nasional. Ketakutan yang lain berasal dari akibat kesalahan teknis yang mungkin terjadi pada saat ujian nasional di selenggarakan, misalnya takut salah melingkari, takut berkas ujiannya kotor, takut salah mengisi data pribadi, dan lain-lain. Tekanan yang lain adalah ”ketakutan-ketakutan” yang berkaitan dengan orang tua mereka. Anak merasa takut tidak bisa memenuhi harapan orang tua, takut dibandingkan dengan saudaranya atau takut tidak masuk ke sekolah yang diinginkan orang tua.
Tekanan Orang Tua
Orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Dan seringkali untuk mewujudkan hal tersebut, orang tua hanya fokus pada bagaimana anak mendapat nilai tertinggi, sehingga membebani mereka dengan berbagai kursus pelajaran atau bimbingan belajar, tanpa melihat bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap kesehatan anak, sedikitnya waktu untuk beristirahat, dan kondisi emosionalnya. Seringkali orang tua luput menyediakan dan memfasilitasi waktu tenang untuk anak-anaknya. Padahal waktu tenang, bisa digunakan anak untuk melepaskan diri dari stres. Waktu tenang bisa didapatkan dengan beribadah secara rutin, membaca buku yang ringan, menikmati waktu bermain dengan teman-temannya, menonton film, mendengarkan musik, berjalan-jalan di taman atau mall atau berolah raga. Waktu tenang adalah mekanisme yang dibutuhkan otak untuk menyeimbangkan kerja bagian otak kiri dan kanan, yang dengan kondisi seimbang tersebut, otak justru bisa digunakan dengan lebih optimal.
Orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Dan seringkali untuk mewujudkan hal tersebut, orang tua hanya fokus pada bagaimana anak mendapat nilai tertinggi, sehingga membebani mereka dengan berbagai kursus pelajaran atau bimbingan belajar, tanpa melihat bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap kesehatan anak, sedikitnya waktu untuk beristirahat, dan kondisi emosionalnya. Seringkali orang tua luput menyediakan dan memfasilitasi waktu tenang untuk anak-anaknya. Padahal waktu tenang, bisa digunakan anak untuk melepaskan diri dari stres. Waktu tenang bisa didapatkan dengan beribadah secara rutin, membaca buku yang ringan, menikmati waktu bermain dengan teman-temannya, menonton film, mendengarkan musik, berjalan-jalan di taman atau mall atau berolah raga. Waktu tenang adalah mekanisme yang dibutuhkan otak untuk menyeimbangkan kerja bagian otak kiri dan kanan, yang dengan kondisi seimbang tersebut, otak justru bisa digunakan dengan lebih optimal.
Tekanan Guru
Tekanan yang berasal dari guru, biasanya karena berkaitan dengan reputasi guru dan sekolah tersebut yang dipertaruhkan berdasarkan hasil ujian nasional yang diraih murid-muridnya. Semangat untuk mendorong murid-muridnya mendapat nilai baik, terkadang sampai membuat guru dan sekolah melakukan hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan, apalagi oleh sebuah institusi pendidikan. Tanpa sadar, guru dan sekolah menularkan kepanikan dan ketidak percayaan diri mereka menghadapi ujian kepada anak muridnya, sehingga melakukan hal-hal yang tidak pantas, dan hal ini justru semakin menekan anak.
Tekanan yang berasal dari guru, biasanya karena berkaitan dengan reputasi guru dan sekolah tersebut yang dipertaruhkan berdasarkan hasil ujian nasional yang diraih murid-muridnya. Semangat untuk mendorong murid-muridnya mendapat nilai baik, terkadang sampai membuat guru dan sekolah melakukan hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan, apalagi oleh sebuah institusi pendidikan. Tanpa sadar, guru dan sekolah menularkan kepanikan dan ketidak percayaan diri mereka menghadapi ujian kepada anak muridnya, sehingga melakukan hal-hal yang tidak pantas, dan hal ini justru semakin menekan anak.
Tekanan dari Teman Sebaya
Dengan saling memberi informasi bahwa mereka sudah mendapatkan kursi di sekolah yang diinginkan padahal ujian nasional belum dilaksanakan, itu menjadi sumber tekanan yang lain. Menjelang ujian nasional, pasti setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala cara dilakukan untuk meraih nilai tertinggi, termasuk menyontek maupun mencari bocoran soal. Kondisi ini menjadikan wacana menghadapi ujian, tidak hanya tentang ujian nasional itu sendiri, tetapi juga tentang bagaimana mendapatkan dan memanfaatkan kenalan, kolega ataupun saudara yang bisa memiliki akses untuk mendapatkan kursi di sekolah yang diinginkan ataupun untuk mendapatkan bocoran soal.
Dengan saling memberi informasi bahwa mereka sudah mendapatkan kursi di sekolah yang diinginkan padahal ujian nasional belum dilaksanakan, itu menjadi sumber tekanan yang lain. Menjelang ujian nasional, pasti setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala cara dilakukan untuk meraih nilai tertinggi, termasuk menyontek maupun mencari bocoran soal. Kondisi ini menjadikan wacana menghadapi ujian, tidak hanya tentang ujian nasional itu sendiri, tetapi juga tentang bagaimana mendapatkan dan memanfaatkan kenalan, kolega ataupun saudara yang bisa memiliki akses untuk mendapatkan kursi di sekolah yang diinginkan ataupun untuk mendapatkan bocoran soal.
MENGHADAPI UJIAN NASIONAL TANPA
STRESS
Apa yang bisa dilakukan siswa, orang tua dan guru agar bisa tenang dan bahagia menghadapi ujian nasional, beberapa diantaranya bisa disimak berikut ini:
Apa yang bisa dilakukan siswa, orang tua dan guru agar bisa tenang dan bahagia menghadapi ujian nasional, beberapa diantaranya bisa disimak berikut ini:
SISWA
1. Susun jadwal kegiatan harian yang seimbang antara kegiatan belajar, waktu untuk beristirahat dan waktu untuk kegiatan tenang
2. Fokus, contoh apa itu fokus adalah, perhatikan bagaimana sebuah lensa cembung yang kecil, jika difokuskan pada sinar matahari dia bisa membakar kertas atau benda-benda yang mudah terbakar lainnya. Fokuslah dan beri sugesti pada diri bahwa kalian mampu menghadapi ujian
3. Perbanyak latihan soal, untuk menjadi ahli menurut Malcolm Gladwell dalam bukunya The Outliersber, mereka telah mengalokasikan waktu untuk berlatih selama 10.000 jam. Tentu saja untuk dapat menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional membutuhkan waktu untuk berlatih.
4. Konsisten, konsisten adalah melakukan terus menerus, tidak penting berapa jumlahnya, tetapi jika dilakukan terus menerus walaupun sedikit-sedikit, itu akan berarti dan memberi perubahan positif pada diri kalian terutama dalam menabung jumlah amunisi yang akan kalian perlukan untuk menjawab soal ujian nasional.
1. Susun jadwal kegiatan harian yang seimbang antara kegiatan belajar, waktu untuk beristirahat dan waktu untuk kegiatan tenang
2. Fokus, contoh apa itu fokus adalah, perhatikan bagaimana sebuah lensa cembung yang kecil, jika difokuskan pada sinar matahari dia bisa membakar kertas atau benda-benda yang mudah terbakar lainnya. Fokuslah dan beri sugesti pada diri bahwa kalian mampu menghadapi ujian
3. Perbanyak latihan soal, untuk menjadi ahli menurut Malcolm Gladwell dalam bukunya The Outliersber, mereka telah mengalokasikan waktu untuk berlatih selama 10.000 jam. Tentu saja untuk dapat menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional membutuhkan waktu untuk berlatih.
4. Konsisten, konsisten adalah melakukan terus menerus, tidak penting berapa jumlahnya, tetapi jika dilakukan terus menerus walaupun sedikit-sedikit, itu akan berarti dan memberi perubahan positif pada diri kalian terutama dalam menabung jumlah amunisi yang akan kalian perlukan untuk menjawab soal ujian nasional.
ORANG TUA
1. Kendalikan diri dan emosi, perlihatkan pada anak bahwa anda cukup tenang dan mampu memotivasi dan mendukung anak dengan cara yang konstruktif
2. Temani dan fasilitasi serta dorong anak untuk menikmati waktu tenangnya diantara aktivitas-aktivitas yang ia habiskan dalam mempersiapkan ujian
3. Kendalikan bahasa lisan, beri tanggapan dan dorongan yang positif pada setiap usaha anak, hindari sebisa mungkin mengkritik dan menuntut yang berlebihan
4. Berhati-hatilah, sebaiknya biarkan anak mengejar apa yang menjadi mimpi dan ambisinya, bukan berusaha mengejar mimpi dan ambisi anda
5. Sediakan waktu untuk berdialog dan berdiskusi dengan anak, apa yang ia rasakan, apa yang ia inginkan dengan pendidikannya
1. Kendalikan diri dan emosi, perlihatkan pada anak bahwa anda cukup tenang dan mampu memotivasi dan mendukung anak dengan cara yang konstruktif
2. Temani dan fasilitasi serta dorong anak untuk menikmati waktu tenangnya diantara aktivitas-aktivitas yang ia habiskan dalam mempersiapkan ujian
3. Kendalikan bahasa lisan, beri tanggapan dan dorongan yang positif pada setiap usaha anak, hindari sebisa mungkin mengkritik dan menuntut yang berlebihan
4. Berhati-hatilah, sebaiknya biarkan anak mengejar apa yang menjadi mimpi dan ambisinya, bukan berusaha mengejar mimpi dan ambisi anda
5. Sediakan waktu untuk berdialog dan berdiskusi dengan anak, apa yang ia rasakan, apa yang ia inginkan dengan pendidikannya
GURU
1. Bekali siswa dengan pengetahuan yang cukup dan attitude yang baik dalam menghadapi ujian
2. Beri masukan dan dorongan pada siswa dengan cara yang positif, tekankan pada menumbuhkan perasaan mampu pada diri siswa
3. Bantu siswa menjadi mampu, dan bergerak mengembangkan pribadi yang siap berkompetisi secara sehat dan siap dengan segala konsekuensinya
4. Bantu siswa menjadi matang dalam menghadapi berbagai persoalan, sehingga mereka terlatih dan terbiasa serta siap memimpin dan mengarahkan dirinya sendiri dengan kemampuan dan kebijakannya sendiri.
1. Bekali siswa dengan pengetahuan yang cukup dan attitude yang baik dalam menghadapi ujian
2. Beri masukan dan dorongan pada siswa dengan cara yang positif, tekankan pada menumbuhkan perasaan mampu pada diri siswa
3. Bantu siswa menjadi mampu, dan bergerak mengembangkan pribadi yang siap berkompetisi secara sehat dan siap dengan segala konsekuensinya
4. Bantu siswa menjadi matang dalam menghadapi berbagai persoalan, sehingga mereka terlatih dan terbiasa serta siap memimpin dan mengarahkan dirinya sendiri dengan kemampuan dan kebijakannya sendiri.
Dengan semua pihak terlibat dan
saling mendukung dalam menciptakan atmosfir yang kondusif untuk anak dalam
menghadapi ujian nasional, semoga membantu mengurangi perasaan tertekan anak
dan mereka lebih siap berjuang menentukan masa depannya.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar